Hari Minggu, 18 Maret 2012.
Malam itu hujan lebat melanda kota Yogyakarta pukul 22.15. Saat itu Aku berada dirumah bersama kakakku dan ayah tiriku. Aku dan kakakku menonton video Running Man. Sedangkan ayah tiriku melakukan rutinitasnya yaitu tidur.
Pada waktu itu memang kami hanya bertiga, karena mama sedang piknik kecamatan ke Pacitan dari pagi hingga entah tak tau kapan pulangnya, yang pasti nggak sampe nginep lah.
Tiba-tiba waktu Aku dan kakakku asik tertawa bersama karena acara konyol tersebut, dari jendela luar ada yang menggedor-gedor sambil berteriak memanggil namaku. “TAAAA…TAAA..BUKA TAAA!!!!”. Tentu aja Aku dan kakakku sontak kaget dan mem-pause video yang sedang kami tonton itu.
“ehhh ada apa mbak?”. “Ta! Itu loh mamamu jalan sendirian pulang dari kantor kecamatan!”.
Tanpa pikir panjang aku langsung loncat turun dari kasur dan mengambil kunci motorku sambil berteriak kepada kakakku yang bengong. Kita semua panic teriak-teriak didalam rumah. Tapi tetap aja ayah tiriku masih nyaman diatas bantalnya. Dengan setelan seadanya aku langsung pakai jas hujan dan menerobos ribuan air yang jatuh dari langit. Aku menyusuri jalanan dengan pelan dalam ombang-ambing angin yang sangat kencang hingga aku sulit mengendalikan motorku sendiri. Pikiranku sudah negative, membayangkan mama berjalan sendirian dengan tentengan barang-barang ditangannya, basah, dan lemah. Air mataku telah tercampur air hujan, aku khawatir mamaku akan kambuh ditengah perjalanannya, apalagi tubuhnya yang lemah dan rematik yang datang bersama angin. Aku terus menangis disepanjang jalan, Aku berhenti setiap melihat ada sosok ibu-ibu dipinggir jalan, memastikan itu mama.
Hujan semakin deras, dengan mata yang minus-silinder aku tetap memaksa untuk melihat ditengah terjangan air hujan yang datang berkeroyok. Akhirnya aku tiba di kantor kecamatan, disana Aku menatap satu per satu ibu-ibu yang mungkin aku kenal. Dan benar saja, Aku bertemu dengan tetanggaku.
“bu, mama mana ya?”
“eh, aku tak mbonceng yo ta”
“la mama tu mana? Saya mau njemput mama”
“mama? Kayaknya udah pulang”
“Sama siapa????”
“waduh nggak tau e, tak mbonceng ya?”
“wah gimana sih. Saya mau njemput mama!!”
Tanpa basa basi lagi aku berlalu meninggalkan ibu-ibu menyebalkan itu. Aku kembali bingung, sudah muncul dalam benakku untuk menyerah saja. Tapi mengingat mama, Aku kembali bangkit untuk mencari mama tak peduli apapun.
Ternyata mama sudah sampai dirumah, dijalan aku bertemu kakakku yang datang untuk memberitahu bahwa mama telah berada dirumah menangis. Dan mulailah kakakku bercerita mengapa mama menangis, ternyata mama sudah menghubungi ayah tiriku, namun tak ada jawaban karena ia sedang asik bermimpi. Sejak dijalan emosiku pun meluap.
Sampai dirumah aku langsung melepas jas hujanku dengan kasar, berlari menuju kamar mama, dan mendapati mama yang sudah terbaring lemah menggigil.
Aku membanting pintu kamarku dan menaruh kunci motorku dengan kasar. Marah, kesal, emosi, sakit hati, dan benci yang ada dalam hatiku sekarang. Apakah itu tanggung jawab? Ingin Aku meluapkan rasa kesalku padanya, namun nihil. Yang ada aku hanya memperburuk hubungan ibuku dengan si tengik itu. Aku berusaha untuk sabar dan bersikap dewasa. Aku merasa belum menjadi anak yang patut di acungi jempol. Sekarang mama hanya punya aku dan kakakku. Aku hanya punya mama dan kakakku. Dan kakakku hanya punya mama dan Aku. Sudah sepantasnya kami saling menjaga. Aku menjaga kakak dan mama. Kakak menjaga aku dan mama. Dan mama menjaga Aku dan kakak. Mungkin diwaktu muda dulu mama masih bisa melindungi kami 100%. Namun sekarang? Kami sebagai anaklah yang harus bertanggung jawab. Tak peduli apapun yang terjadi, kami bertiga satu paket :’)
0 komentar:
Posting Komentar